Memoar - Mohammad (ID)

Halo, saya Muhammad, umur 20 tahun. Saya pengungsi dari Afghanistan. Setelah menempuh perjalanan yang jauh dan berbahaya, saya tiba di Indonesia pada tahun 2014. Saya sebenarnya lahir di Iran sebagai pengungsi, karena kedua orang tua saya adalah pengungsi dari Afghanistan. Sebagai pengungsi, di sana saya tidak bisa bersekolah. Keadaan memburuk setelah ayah meninggal dan saya dideportasi ke Afghanistan. Saya mencoba kembali ke kampung halaman orang tua, tetapi Taliban telah menguasai wilayah itu, sehingga saya terpaksa pergi. Demi memulai hidup baru, karena tidak punya tempat untuk pulang, maka saya harus tinggal dan menunggu di Indonesia. 

Menurut saya, kita dapat mencapai mimpi dengan bekerja keras. Meskipun memang sulit bagi seorang pengungsi untuk mencapai mimpi, bukan berarti hal itu mustahil. Tantangan terberat adalah waktu, sebab pengungsi banyak kehilangan waktu yang sangat berharga. Tapi saya percaya kalau saya memanfaatkan waktu di Indonesia dengan baik, saya bisa mencapai mimpi meskipun saya adalah seorang pengungsi.

Waktu di Iran, seorang teman pernah mengajak saya menonton latihan taekwondo. Pengalaman itu membuat saya tertarik pada taekwondo, karena olahraga ini keren, jadi saya bergabung dengan mereka. Setelah berlatih beberapa kali, saya sadar bahwa saya sangat suka olahraga ini, dan saya jadi termotivasi untuk mencapai banyak hal. Di sana, saya sempat mengikuti tiga kompetisi dan berhasil mendapat dua perunggu, pencapaian terbesar saya waktu itu. 

Mimpi terbesar saya adalah medali emas olimpiade, apalagi setelah melihat Rohullah Nikpai mendapatkan medali pertama bagi Afghanistan. Sejak saat itu, medali emas olimpiade menjadi tujuan terbesar saya.

Di Indonesia, saya harus kembali mulai dari sabuk putih. Tapi kemampuan saya terus berkembang. Saya berhasil meraih medali emas di sebuah kompetisi dan ini membuat saya bangga. Sebelumnya, saya sempat ikut dua kompetisi lain. Yang pertama, saya kalah di babak awal dan tidak bisa maju ke babak selanjutnya. Yang kedua, saya terkena diskualifikasi. Tapi di kompetisi ketiga, dengan bantuan pelatih, saya dapat ikut dan meraih medali emas. Saya sangat senang, perasaan yang ga bisa saya jelaskan dengan kata-kata. walau mungkin nanti saya mencapai hal lain yang lebih besar, saya pasti tidak bisa melupakan perasaan itu.

Taekwondo adalah tujuan hidup saya, yang mendorong saya untuk bangun pagi dan berlatih setiap hari. Taekwondo juga membantu saya menghindari depresi dan membuat hidup di Indonesia menjadi lebih mudah. 

Rasanya, saya adalah orang yang berbeda dibanding lima tahun lalu. Seberapa beda? Saya tidak tau pasti, tetapi saya tau saya banyak berubah. Dulu sepertinya saya adalah orang yang menyebalkan, tapi setelah lama tinggal di Indonesia, saya jadi banyak berpikir tentang hidup. Jadi saya berusaha untuk memperbaiki sifat buruk, menjadi orang yang lebih baik dan lebih dewasa.Sekarang, saya merasa lebih yakin tentang tujuan, mimpi, dan hidup dibanding 5 tahun lalu. Saya menganggap berbagai pengalaman hidup yang cukup sulit adalah sebuah pembelajaran, bukan hukuman. Saya yakin pengalaman ini membuat saya menjadi orang yang lebih baik.

Ada komentar atau saran? Silakan tinggalkan pesan tertulis atau audio di sini, Instagram @rdiuref, atau email info@rdiuref.org

Listen to the full episode (Bahasa)